PEMBICARAAN SECANGKIR ESPRESSO
September 30, 2018
Pertemuan denganmu kali ini di hadapan secangkir espresso
pahit. Aku tak mengharap adanya tertemuan ini, tapi takdir memaksa kita untuk
saling menemui. Barangkali cerita kita belum rampung.
Kau menatap kepalaku dengan dingin dan bibir yang enggan
bergerak. Penampilanmu tak beda dengan pertemuan terakhir kita. Kau selalu
sengaja menampakkan kulitmu dengan melipatkan lengan kemejamu. Rambutmu masih
berantakan dan kusut, barangkali kau lupa menyisir rambut tadi pagi. Usiamu semakin
matang, tapi raut muka egomu masih lekat menantang.
Aku seruput sedikit espresso di atas meja yang menjadi
pembatas kita. Pahit, begitu pula lidah ini yang kelu ingin berucap.
Kecanggungan dimulai karena kita duduk berhadapan tapi saling diam mengingat
kebencian. Kutatap kau, tapi kau menunduk mengalihkan diri. Tapi itu cuma sekilas,
kau tatap balik mataku seperti hendak berkata.
Suara lirih menelan ludah
terdengar, kaupun membuka percakapan hambar kita. “Kau tahu, alasan apa yang
membuat aku pergi?”
Aku terdiam, mengumpulkan serangkaian kata untuk membalasmu.
Kau hendak berkata lagi, tapi jariku memberanikan diri menahan bibirmu untuk
berucap, seperti tak adil jika kau lanjutkan kata-katamu.
“Kau tak perlu jelaskan alasanmu menjauhiku, aku tahu.”
Kataku pelan-pelan sambil menelan secuil espresso. “Memang aku sakit kehilanganmu.
Aku merasa sepi ketika aku sudah tak lagi tersenyum sendiri membaca chatmu.
Begitupun ingatanku. Sungguh masih terasa jelas kau memelukku dari balik
selimut, lalu kau mencium kecil keningku. Bahkan aku belum lupa atas awal
perjumpaan denganmu sampai kita saling sakit hati.”
Aku mulai terdiam lagi, mengumpulkan tekat untuk berkata. “Dan
ketika kau pergi, aku tak ada hak menahanmu. Begitupun aku tak mau
membuang-buang waktu untuk membangun segudang asumsi alasan kau pergi. Hatimu
mudah rapuh, kaupun tak mudah membangun komitmen untuk mempertahankan aku.
Lalu, kenapa aku tak menahanmu? Kenapa aku hanya mempersilahkan kau keluar dari
hidupku?”
Kau mengalihkan pandanganmu keluar jendela kafe, aku memaksa
melanjutkan kata-kataku. “Kau punya langkah tujuan hidupmu, akupun begitu. Saat
aku sadar ternyata langkah tujuan kita berbeda, aku bisa apa? Apa aku harus
mengemis pada Dewi Aphrodite untuk mengubah jalan pikiranmu? Jelas tidak,
semesta tak mengijinkan tujuan kita searah.”
Kau menatapku kembali dan berkata, “Apa kau membenciku?”
Aku mulai meneguk sisa akhir espresso dalam cangkir
genggamanku dan menjawabmu, “Jelas aku benci. Bukan padamu, tapi pada takdir
yang mengharuskan kita bertemu. Kau tak menyuruhku mencintaimu, aku sendiri
yang mendorong jiwaku untuk jatuh pada jiwa yang tak pasti. Aku mulai sadar
setelah aku mempersilahkanmu pergi, aku mencintaimu tapi aku lebih mencintaiku
diriku. Inilah alasan kenapa aku tetap tenang? Aku tak mau menyiksa diri dengan
benci. Aku tak mau membangun sejuta asumsi alasan kau pergi, yah sedikitpun tak
mau aku pikirkan. Aku tetap harus melanjutkan tujuan hidupku.”
“Dan aku mulai paham kenapa kita dipertemukan kembali? Agar
tak ada lagi asumsi, agar tak ada lagi tatapan benci, sehingga ada lembaran
cerita untuk kita akhiri. Kau, lanjutkanlah tujuanmu dan aku sudah tak akan
menanti!” Kataku mengakhiri pembicaraanku.
P.S.
Untukmu yang sedang patah hati, mari sembuhkan hati dengan mencintai diri!
Gracias,
Kartikanofi
6 komentar
Ya. Terkadang, daripada lelah lelah mencintai yang nggak pasti, lebih baik mencintai diri sendiri. Maka jiwa lain yang sama mungkin akan datang, untuk saling berbagi hati dan hari.
BalasHapusThat's true. Mencintai diri sendiri jauh lebih penting.
HapusJd inget zaman masih pacaran :p. Patah hati, lgs ngrasa dunia kayak kiamat. Padahal, skr kalo dipikir2, kalo memang ga sejalan, kenapa juga hrs dipaksa :). Yg ada keduanya malah tersiksa..
BalasHapusIya makanya lebih baik berpikir positif, nggak kebanyakan asumsi yang justru malah menyiksa diri. Mending dibawa traveling, Mbak. Haha
Hapuswihhh...dualem nih, hiks hiks....but that's okay. Live must go on....
BalasHapusTerus, tulisannya yang bikin patah hati. Keren.
BalasHapusPlease leave a comment and I'll be back to visit your page. Let's make a bingo!