KEKUATAN WONDERFUL INDONESIA MENYATUKAN TARI KECAK DAN KISAH RAMAYANA DI PURA LUHUR ULUWATU
By Kartikanofi - Desember 03, 2018
Mengenakan sarung berwarna ungu dan selembar kain selendang
jingga begitu memasuki pintu gerbang masuk. Semua orang mengiyakan tanpa
memprotes, bahkan sangat antusias memakainya. Entah karena sudah terbiasa patuh
akan aturan atau semacam menunjukkan rasa hormat memasuki tempat ibadah.
Kawanan monyet liar berlarian bebas di sepanjang jalan setapak, beberapa
bergelantungan di antara barisan pepohonan. Inilah Pura Luhur Uluwatu.
Tebing Pura Luhur Uluwatu
Terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung. Jika diamati letaknya secara geografis, ia berada tepat di ujung barat daya Pulau Bali. Konon katanya, ia didirikan oleh seorang guru spiritual kerajaan dan Bhagawanta bernama Mpu Kutungan ratusan tahun silam. Pura ini digunakan sebagai altar pemujaan pada Sang Dewa Rudra.
Sebagai mantan mahasiswa Oseanografi, saya paham betul akan
karakteristik pantai selatan Indonesia yang menghadap langsung menuju Samudera
Hindia. Kebanyakan didominasi oleh pantai berkarang bahkan bertebing. Begitu
pula karakteristik pantai di Pura Luhur Uluwatu, sepanjang garis pantai
memiliki tebing yang menjulang setinggi kurang lebih 95 meter. Di tempat ini,
banyak pelancong Bali yang berbondong-bondong mengabdikan diri menatap matahari
terbenam di atas tebing yang tertutup pagar berduri. Tak hanya itu, pertunjukan
Tari Kecak di Pura Luhur Uluwatu diabadikan sebagai pertunjukan andalan para
pengunjung pulau Sang Dewata ini.
Letak Pura di Ujung Tebing |
Tak ada iringan instrumen apapun.
“Cak cak.”
Begitulah pelafalan yang diucapkan sekitar 70 orang pria
pemain Tari Kecak dengan bertelanjang dada dan mengenakan sarung bermotif
kotak-kotak monokrom seperti papan catur. Terlebih, Tari Kecak dibalut dengan
cerita epos Ramayana.
Para Penari Kecak Memanjatkan Doa pada Sang Dewata |
“Sebegitu mahsyurnya cerita cinta segitiga Rama, Shinta dan
Rahwana ini,” dumal saya dalam batin sambil duduk di dalam panggung berbentuk
amfiteater yang mengelilingi pertunjukan Tari Kecak di Pura Luhur Uluwatu ini.
Saya memahami pemikiran Bhagawan Walmiki, sang penulis Kitab
Epos Ramayana dari Negeri India. Walmiki telah mendapat titah dari Sang Hyang
Brahma untuk menggurat takdir Rama yang konon katanya menjadi titisan Dewa
Wisnu. Entah mengapa kisah ini begitu populer di sepanjang penjuru dunia? Saya
bahkan ingat ketika ayah saya bercerita tentang kisah Ramayana yang direplika
dalam bentuk wayang kulit di Tanah Jawa. Mungkin Kanjeng Sunan Kalijaga telah
mengikuti jejak Walmiki untuk menggurat kembali kisah Ramayana dalam bentuk
wayang? Katanya wayang digunakan alih-alih sebagai media menyebarkan Agama
Islam di Tanah Jawa. Ah, sudahlah.
Mungkin pula Wayan Limbak, sang pencipta Tari Kecak juga
telah berkelana mengikuti jejak Walmiki sebelum menyisipkan kisah Ramayanan
dalam Tari Kecak. Tak usah dipikirkan, yang penting saya sangat mengagumi pertunjukan
ini. Saya sangat merasakan kekuatan Wonderful Indonesia sangat melekat di Pura
Luhur Uluwatu. Apalagi dibubuhi langit berwarna jingga yang menjadi latar
belakang pertunjukan. Sungguh perpaduan seni ciptaan manusia dan Tuhan yang
sangat sempurna nan cantik.
Meskipun saya rasa, di mana-mana cerita Ramayana hanya
sebuah kisah cinta klasik belaka. Hanya kisah Shinta yang menjadi istri Rama
diculik oleh raksasa bernama Rahwana dan dibawa ke dalam kerajaannya, Alengka
Pura. Lalu Rama meminta bantuan Hanoman sebagai panglima pasukan kera untuk
menyelamatkan Shinta yang telah dijerat
Rahwana.
Kemesraan antara Rama dan Shinta |
Rama Memburu Kijang |
Rahwana Menculik Shinta dan Memotong Sayap Garuda Bernama Jetayu |
Saya justru merasakan Hanomanlah yang memiliki peranan
penting dalam pertunjukan Tari Kecak ini. Ia kebal terhadap api ketika dibakar
oleh Meganada, putra Rahwana. Lho, tak masalah jika Hanoman terbilang sebagai
pemeran utama. Semua pengutik cerita Ramayana bebas menempatkan siapapun
sebagai tokoh utama, tak harus Rama dan Shinta. Kau juga perlu tahu, Sudjiwo
Tedjo malah menempatkan Rahwana sebagai tokoh utama dalam buku karangannya
“Rahvayana : Aku Lala Padamu.”
Hanoman Mendapatkan Titah dari Rama untuk Menyelamatkan Shinta |
Begitu pula Hanoman yang sejak awal kedatangannya di atas
panggung sudah membuat onar pertunjukan, dari memanjat gapura sampai berlari
menuju barisan penonton. Pun dalam cerita pertunjukan ia juga berbuat onar.
Atas utusan Rama, ia menemui Shinta yang telah diculik Rahwana. Kemudian dia
berbuat onar mengacak-acak seluruh Kerajaan Alengka. Hingga Rahwana mengutus
Meganada untuk menangkap dan membakarnya, tetapi Hanoman kebal terhadap api dan
berhasil lolos.
Hanoman Berbuat Onar Menaiki Gapura Pertunjukan |
Hanoman Memberikan Cincin Rama pada Shinta |
Di waktu ini aroma dupa sangat terasa kuat seiring hembusan
angin laut yang menerpa. Saya sadar sepenuhnya bahwa Hanoman sedang dirasuki
roh leluhurnya. Sejatinya kembali lagi pada tujuan Tari Kecak diciptakan. Tari
Kecak menjadi tarian sakral di mana para penari dirasuki roh yang terhubung
dengan para dewa atau leluhur untuk menyampaikan sabdanya pada manusia di bumi
ini.
Hanoman ditangkap Meganada |
Hanoman Kebal Dilalap Api |
Sekali lagi, kisah Ramayana tetaplah sebuah cerita klasik.
Entah siapapun yang menjadi pemeran utamanya. Saya hanya berharap, kekuatan
magis dan kesakralan yang mengalir dalam Tari Kecak terus menguat. Entah Tari
Kecak diabadikan sebagai upacara adat maupun hanya sebuah atraksi hiburan semata. Lagi
pula, apalah arti Bali tanpa kesakralannya? Apalah arti Indonesia tanpa Bali?
Bagi saya, kesakralan budaya Bali adalah kekuatan Wonderful Indonesia nomor
satu.
Semoga kesakralan budaya Bali terus menguat. Semoga
Tari Kecak tak akan terlupa digerus jaman. Kami akan terus mengaguminya. Salam
lestari budaya!
Petuah dan Pesan Rahwana pada Penonton Pertunjukan Tari Kecak |
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog yang diadakan Wonderful Indonesia. Jika ingin berpartisipasi mengikuti kompetisi blog ini, silahkan baca syarat dan ketentuannya di sini.
59 komentar
Wah, nonton tari kecak langsung baru sekali, itu pun beberapa tahun yang lalu..
BalasHapusSekarang kalau nonton Tari Kecak Hanoman udah nggak seserem dulu, Mbak.
HapusDaerah Uluwatu memang pemandangannya keren banget. Saya suka banget nonton tari Kecak, suasananya magis.
BalasHapusDitambah backgroundnya sunset ya.
HapusAKu juga mau ikutan Lomba ini deh :)
BalasHapusYuk ikutan, good luck ya!
Hapus1st time coming here
BalasHapuskenapa ya setiap lihat tari kecak ini berasa magis banget
iya karena para penarinya dirasuki roh leluhurnya. Ditambah lagi aroma dupanya ke mana mana.
Hapusbelom pernah deh nonton acara tarian ini di Uluwatu, padahal udah beberapa kali kesana. pengen deh. semoga kalau nanti berkesempatan untuk datang lagi kesini bisa sekalian nonton juga.. :D
BalasHapusAAmmiin, wajib banget nonton Tari Kecak di Uluwatu. Sekalian lihat sunset.
HapusAku pernah nonton langsung tarian ini dan langsung terbius. Kayak apa ya, kayak terpukau habis gitu karena sangat bertenaga.
BalasHapusHaha, mendalami banget Mbak nontonnya.
HapusBali, impian selanjutnya yang ingin saya singgahi. Entah kapan mimpi itu terwujud.
BalasHapusSemoga segera terwujud ya, Mas. Banyakin nabung.
HapusBudaya yang sudah Go Internasional dari Bali, tapi saya sendiri belum pernah melihatnya secara langsung. :)
BalasHapusYuk ke Bali biar lihat langsung budayanya.
HapusPengen banget liat tari Kecak secara langsung..
BalasHapusSegera rencanakan mbak nonton Tari Kecak secara langsung di Uluwatu.
Hapuswaktu kecil saya rutin ngikuti serial ramayana mba, versi jadoel sih, memang kisah cintanya bikin bergetar gitu, wajar sih jadi terkenal di dunia
BalasHapusTapi kalau baca buku Kitab Omong Kosong sama Rahvayana jadi ngerasa yang jahat Rama mbak, bukan Rahwana.
HapusWah keren dah tulisannya. apik kali mbak. Hehehe
BalasHapusSemoga suatu saat saya bisa ke Bali.
Wah terimakasih, masih belajar Mbak.
HapusAaammiin, semoga segera bisa ke Bali ya.
btw saya laki-laki mbak. wkwkwk
HapusBali, siapa sih yang ga kenal bali, emang surga jalan jalan banget deh! Nice share.
BalasHapusBener, dari utara sampai selatan, dari barat sampai timur, dari atas sampai bawah permukaan laut semuanya bagus. Ditambah budayanya juga menarik.
HapusWaduuh, kerennya suasana di sana. Jadi pingin ke sana juga
BalasHapusIya keren suasananya, sambil lihat sunset.
HapusPengen kesini tapi krisis waktu 😂
BalasHapusHaha segera ambil cuti, langsung cus Bali.
HapusWonderful Bali, seakan nggak pernah habis untuk dieksplore ya :D
BalasHapusBener banget, dari alam sampai budayanya ya, Mbak.
Hapusgak sempat kesitu waktu liburan kemarin uhuhu,
BalasHapusnitip lapak hehe, ngerusuh juga haha
https://www.infoawak.com/2017/12/Konek-wifi-tanpa-password-di-android.html
https://www.programmercadel.com
Rusuh. Nggak usah diklik ding, area dewasa. Nanti munculnya internet positif. Wkwk
HapusWah dulu jaman sma study tour ke bali, saya bisa nonton tari kecak. Kereeen banget.
BalasHapusSama, dulu study tour nonton Tari Kecaknya di GWK.
Hapussuka denagn ceriat ramayana yang ada dalam tarian kecak, sudah beberapa kali nonton tari kecak ini
BalasHapusIya suka, aku uda nonton 3x Mbak, di tempat yang beda beda pula.
HapusPernah sekali ke Pura Uluwatu dan terpukau dengan keberadaannya di tebing yang tinggi di pinggir pantai, sayang waktu itu tidak ada pertunjukan tari kecak seperti di tulisan ini.. seandainya bisa mendapatkan foto-foto seperti itu duh...
BalasHapusOh iya nggak ada pertunjukan Tari Kecak? Wah sayang banget
Hapuswow...wonderful
BalasHapusThank you
Hapusaku suka ke bali, pasti tiap tahun min. sekali buat balik kesana lagi :) tapi tahun ini skip kayaknya heehhee
BalasHapusTahun depan ke Bali lagi, banyak yang harus dieksplor
HapusWih pinginlah ke Bali. Uda bisa menonton tariannya, dapat juga kisahnya. Eh bisa lihat pemandangan juga dari Pura Luhur Uluwatu. Betulah Indonesia Wonderful..
BalasHapusOiya, disana kuliner apa yang sering dicoba. Mana tahu bisa kesana sama-sama, hehehe..
Nah iya, kalau ke Bali harus banget ke Pura Luhur Uluwatu.
HapusKalau makanan sih aku nggak terlalu cocok sama makanan Bali, Mas. Haha, paling suka seafood di Kerang.in
Aih kereeen....Apalah Indonesia tanpa bali, hihi.. btw, thanks for sharing the story dan mengangkat Bali, yaa :)
BalasHapusWah terimakasih. Seneng banget dapet apresiasi langsung dari orang Bali
HapusWaa artikel yang menarik, saya membacanya sampai terbius seperti membaca komen di atas ada yang terbius ntn tari kecak. Belum sempat-sempat datang kesini,... pingin segera..
BalasHapusDuh terbius sampai nggak bisa ngerasain sakit ya hahaha
HapusWow.. artikelnya sanagat menarik!! Jadi bertambah deh wawasan nusantaranya.. btw kakak website blognya bagus dehh.. aku suka hehe
BalasHapusOhh iya? Wah terimakasih ya, jadi semangat nulis lagi.
HapusSeruuu
BalasHapusBeautiful view + beautiful performance bikin goosebump sepanjang momen pastinya ya mbak
Bener banget, bikin nagih juga pengen ke Uluwatu lagi.
HapusSempat ke Uluwatu, tpi ga sempat nonton tari Kecak. Kalo nonton, mungkin saya akan mengagumi koerografi tari dan kesakralannya.
BalasHapusWah sayang banget nggak nonton Tari Kecaknya. Kalau ke Bali lagi harus nyoba nonton Tari Kecak di Uluwatu.
HapusHeuuu kemarin ke Bali melewatkan tari kecak ini. Belum sempat liat udah keburu pulang. Btw salam kenal yaaa mbak :D
BalasHapuscuma pernah ke bali sekali itupun event study tour pas Kuliah, padahal setiap mudik selalu ke banyuwangi, hmmm
BalasHapusliat artikel ini jadi kangen pengen kesana lagi dan explore tempat-tempat yang belum pernah di jajaki, thanks for this an article
-lav
Fotonya bagusss, suka deh kak
BalasHapusWah, semua itu diperankan mbak ya dalam pertunjukan itu? Pasti para pemainnya sudah profesional banget memainkan perannya.
BalasHapusPlease leave a comment and I'll be back to visit your page. Let's make a bingo!