MENYIBAK BUDAYA UJUNG TIMUR PULAU BALI
Februari 04, 2019
Memang tidak ada habisnya memuji
Bali, pulau yang punya paket lengkap yang menawarkan keindahan alam, budaya,
kesenain, kuliner, tempat berpesta, hiburan malam, bahkan sampai dianggap
sebagai tempat ternikmat untuk berpijat. Kerap kali dijadikan sebagai ikon
wisata Indonesia, tersohor hingga pelosok bumi sekalipun. Sebalnya, kebanyakan
manusia ini lebih mengenal Bali dibanding Indonesia, padahal Bali adalah bagian
dari Indonesia. Lalu jika aku boleh berbalas dendam, bolehkah aku mengenal
Santorini saja dan tidak mengetahui jika pulau tersebut bagian dari Negara
Yunani?
Baiklah pembaca yang budiman,
lupakan tentang balas dendam karena itu perbuatan cela. Berbicara tentang Bali,
jelas memiliki esensi budaya yang tetap kokoh meskipun sudah diaduk dengan
berbagai budaya modern. Pun setiap daerah di Bali selalu mempunyai ciri khas
budaya masing-masing. Ada budaya yang masih melekat kental meskipun banyak
pembangunan resor modern nan mewah menopang di suatu daerah di sana, yaitu
Kabupaten Karangasem.
Terletak di ujung timur Pulau
Bali, butuh waktu sekitar dua jam berkendara dari Bandara Ngurah Rai untuk tiba
di Kabupaten Karangasem. Ia amsih menyimpan banyak rekam budaya yang layak
digengsikan pada dunia, tiga diantaranya yaitu:
1. Taman
Ujung Soekadasa
Inilah jawaban dari sebuah reaksi
ketika budaya Bali bercampur dengan budaya Eropa yang tertuang dalam sebuah
bangunan arsitektur. Reaksi ini dapat dilihat di Taman Ujung Soekadasa,
sedangkan para turis asing menyebutnya sebagai Ujung Water Palace.
Tahun 1919 Raja Karangasem
mendirikan Taman Ujung Soekadasa ini sebagai tempat peristirahatan dan
perjamuan para tamu. Ia berdiri kokoh, dikelilingi tiga danau buatan yang
dipisahkan oleh jalan setapak, berbagai pepohonan dan tanaman hias.
Sempat sebagian bangunan runtuh
akibat gempa vulkanik Gunung Agung, namun beberapa tahun kemudian pemerintah
daerah telah serius membangun kembali tempat ini tanpa meninggalkan ciri khas
kekunoannya. Kini, ia dibuka sebagai kawasan wisata yang menawarkan ketenangan
dan kesejukan bagi pengunjungnya.
Balai Gili, bagian pusat bangunan
yang dipakai sebagai tempat peristirahatan sang raja. Memiliki dua pintu masuk
yang menghadap utara dan selatan. Mengambang di atas danau dan diberi jembatan khas
Eropa Kuno sebagai akses pintu masuk. Uniknya, jembatan ini berpilar enam
gapura dengan jarak 2 meter untuk setiap gapuranya. Pun, kubah gapura membentuk
lambang Kerajaaan Karangasem. Inilah bangunan yang paling menonjolkan ciri khas
arsitektur klasik antara Budaya Bali dan Eropa Kuno.
Terdapat pula sebuah bangunan
tertinggi di Taman Ujung Soekadasa, yaitu Balai Kambang. Butuh tenaga lebih
dengan menaiki ratusan anak tangga untuk sampai di atas bangunan yang berbentuk
persegi tanpa atap dan tembok ini. Hanya disangga oleh beberapa pilar usang.
Tempat inilah yang menyuguhkan pemandangan kejernihan air laut Selat Lombok dan
dipadukan dengan kemegahan Gunung Agung.
Memang Raja Karangasem tidak
tanggung-tanggung membangun istana semegah ini. Kabarnya, inilah sebuah bukti
akan kejaan Kerajaan Karangasem pada masa itu.
Jika Bali disebut-sebut sebagai “Island
of Gods” maka tak heran jika masyarakat berbondong-bondong mendirikan berbagai
pura sebagai altar pemujaan para dewa Agama Hindu. Seperti Pura Besakih yang
dinobatkan sebagai pura tertinggi dan pusat perayaan upacara Agama Hindu di
Pulau Bali. Berada di lereng arah barat daya Gunung Agung, lebih tepatnya berada di Desa
Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.
Ia dibangun oleh seorang petapa
dari India bernama Resi Markandeya yang menyambangi Pulau Jawa. Dahulu Pulau
Jawa dan Bali masih menyatu, belum dipisahkan oleh air laut. Sang Resi
Markandeya bertapa di Dataran Tinggi Dien, lalu mendapat titah untuk membabat
hutan di Pulau Bali dan membagikan tanahnya untuk para pengikutnya.
Sayangnya rencana tak berjalan
mulus, banyak pengikut yang meninggal akibat diterkam binatang buas dan
terserang penyakit. Setelah tiba di lereng Gunung Agung, mereka menghentikan
pembabatan hutan dan membangun sebuah desa bernama Besakih yang artinya “selamat”.
Kemudian berlanjut mendirikan pura yang dinamakan sesuai nama desa tersebut.
Pura Penataran Agung, disebut
sebagai bagian pusat pura dalam kompleks Pura Besakih. Di dalamnya terdapat 3
arca yang melambangkan istana dari Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan
Dewa Siwa yang disebut-sebut sebagai Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa
Pelebur.
Inilah Desa Tenganan, Desa Bali
Aga atau desa yang ditempati oleh penduduk Bali asli. Telah ada sebelum
Kerajaan Majapahit didirikan, sebelum masyarakat Hindu di Pulau Jawa
berbondong-bondong hijrah ke Pulau Bali. Bagaikan sebuah berlian yang tak
pernah rapuh digerus jaman, masyarakat Tenganan masih memegang teguh adat
istiadat yang diwariskan nenek moyang mereka sampai saat ini.
Pemukiman masyarakat berbentuk
rumah adat Bali Kuno. Bahkan pembangunanpun tak sembarangan, harus mengikuti
aturan adat yang sudah dilontarkan. Bale Agung, sebuah tempat yang terdiri dari
dua buah pendopo melebar di tengah pemukiman Tenganan. Ia kerap kali dipakai
sebagai tempat perkumpulan warga, tempat upacara adat dan ritual berlangsung.
Terdapat pula Banjar Kelod yang
dipakai sebagai tempat rapat sebelum pengadaan kegiatan di desa. Di depannya
terdapat sebuah menara setinggi empat meter yang dipasangi dua buah kentongan
besar. Bangunan ini disebut Bale Kul-kul.
Banjar Kelod |
Keseharian mereka bekerja sebagai
petani dan sebagian pula bekerja sebagai pengrajin kesenian lontar dan Tenun
Pegringsingan ikat ganda. Para pengrajin lontar biasanya berbaris di atas kerja
sambil menggurat di ats daun tal yang sudah dikeringkan. Biasanya lontar
diperjualbelikan sebagai oleh-oleh khas Tenganan dengan dibentuk kalender Bali
atau lukisan-lukisan dewa.
Kesenian Lontar |
Tradisi yang sangat melekat
setiap tahun di Desa Tenganan adalah Perang Pandan, sebuah perang yang
berlangsung secara damai dengan properti daun pandan sebagai pedang. Konon
katanya, darah yang dihasilkan dari perang diabdikan sebagai persembahan Dewa
Indra, dewa perang dalam Agama Hindu.
Aku telah terikat janji dengan
Pak Nyoman, pemandu wisata Desa Tenganan untuk berkunjung kembali ke sana
ketika Tradisi Perang Pandan dilaksanakan. Tak tanggung-tanggung, begitu beliau
mengabarkan waktu Perang Pandan diadakan, aku langsung memegang ponselku. Membuka
aplikasi Pegi-pegi untuk berburu tiket pesawat. Terlebih Pegipegi kerap kali
memberikan diskon harga tiket pesawat dan Pegipegi tak pernah absen memberikan notifikasi diskon harga tiket pesawat melalui surat elektronik.
Dan memang aku adalah pendamba
kenyamanan di atas udara, maka aku selalu mempercayakan penerbangan bersama Garuda
Indonesia. Harga yang ditawarkan sangat sesuai dengan fasilitas yang diberikan.
Selain itu, jadwal penerbangan dari Semarang menuju Bali sangat sesuai dengan
itinerary. Yah, meskipun jadwal penerbangan langsung hanya sekali dalam satu hari. Begitu sampai di Pulau Bali, aku dapat langsung menikmati sunset.
Kenapa aku lebih suka booking tiket pesawat Garuda Indonesia melalui aplikasi Pegipegi? Selain kerap kali memberikan diskon yang tidak tanggung-tanggung, fitur yang disediakan Pegipegi sangat memudahkan para pemesan tiketnya. Salah satunya fitur filter untuk memudahkan pencarian maskapai yang diinginkan. Tinggal tekan menu bergambar corong di bagian kanan atas. Karena aku memilih maskapai Garuda Indonesia, maka aku langsung checklist bagian menu maskapai Garuda Indonesia. Lalu pilih jadwal penerbangan yang diinginkan.
![]() |
Penerbangan Semarang - Denpasar Menggunakan Aplikasi Pegipegi |
Kenapa aku lebih suka booking tiket pesawat Garuda Indonesia melalui aplikasi Pegipegi? Selain kerap kali memberikan diskon yang tidak tanggung-tanggung, fitur yang disediakan Pegipegi sangat memudahkan para pemesan tiketnya. Salah satunya fitur filter untuk memudahkan pencarian maskapai yang diinginkan. Tinggal tekan menu bergambar corong di bagian kanan atas. Karena aku memilih maskapai Garuda Indonesia, maka aku langsung checklist bagian menu maskapai Garuda Indonesia. Lalu pilih jadwal penerbangan yang diinginkan.
![]() |
Menu Maskapai Penerbangan Semarang - Bali |
![]() |
Menu Filter |
![]() |
Menu Pilihan Jadwal Penerbangan Maskapai Garuda Indonesia |
![]() |
Jadwal Penerbangan Semarang - Denpasar Menggunakan Maskapai Garuda Indonesia |
Mudah, kan? Yuk booking tiket pesawat Garuda Indonesia melalui Pegipegi dan kita nonton Perang Pandan bareng-bareng di Bali!
25 komentar
baru pernah ke Besakih. yang 2 lagi belum pernah.
BalasHapusinsyaAllah nanti kalau ke Bali lagi bisa dimasukin ke list kunjungan.
Wah harus banget, Mbak. Aku juga kalau ke Bali pengen nambah lagi destinasi Bali Timur.
HapusLokasi Pura Besakih bagus sekali, asri bener..
BalasHapusSayangnya saya belum pernah menginjakkan kaki di Bali mbak, jadi ya begitulah cuma bisa mendengar bagus dan asrinya lingkungan Bali..
Yah semoga suatu saat bisa ke Bali ya, Mas.
HapusPengennya sih offside ke Lombok mbak :))
HapusBali memang indah yah mba. Saya bbrp kali ke Bali urusan kerja. Susah buat jalan2
BalasHapusDuh sayang banget, tapi kan di Bali deket deket sama tempat wisata.
Hapusiya makanya paling sempat ya ke kuta hehe
HapusJadi kapan kita main bareng? *eh
BalasHapusKamu pulang aja, Rul. Nanti aku samperin.
HapusBaiklah penulis yg budiman 😁 thx infonya.
BalasHapusSaya jg kebelet ke taman ujung tp blm dpt waktu yg pas buat kesana (baca:ngomong tok). Jauhhhh kisanak. Hehe
Baiklah komentator yang budiman, sama sama 😂.
HapusYah semoga suatu saat bisa ke sana ya, dua jam dari bandara kok. Nggak jauh jauh banget, dibanding.... Turki
jangan kan Bali,,pulau Jawa aja saya belum pernah kesana tapi kalo baca review tentang spot daerah Jawa dan Bali rasanya pengen kesana tapi yah nabung dulu mbak hehehe
BalasHapusIya semangat ya nabungnya, biar bisa jalan jalan ke Jawa sama Bali.
Hapusaduh sekarang mau naik pesawat harus pikir dua kali, maha euyy, belum lagi ada biaya bagasi. mumpung lagi nganggur saya tuh pengen banget traveling jalur darat, ala ala eksplorer gitu, sepertinya asik sekali, haha.
BalasHapusSaya malah pengen nyobain kapal pelni wkwk.
Hapusaku uda 4th dibali mba dan belum pernah ke tempat yang mbak posting hahahaha, pernah mau rencana ke taman ujung tapi karena tempatnya panas dan anakku gak begitu suka panas jadi aku urungkan. mau ke pura besakih tapi gunung agung sedang gak kondusif jadi kalo jalan jalan gak menyentuh kawasan karang asem hehehe
BalasHapusSebenarnya kalau Taman Ujung yang panas di bagian balai kambang aja, Mbak. Lainnya tempatnya sejuk, isinya pohon pohon. Duduk duduk pinggir danau juga udah enak, Mbak.
Hapussaya cuma dengan gan kalau diujung timur bali itu sungguh indah, tapi gak pernah kesana. paling kisaran kota dan pantai terdekat aja. ternyata setelah lihat fotonya baru sadar, kalau ujung bali memang indah. jadi kapan mimin ajak saya main kesana? heee
BalasHapusWaduh waduh sepertinya kode minta giveaway tiket pesawat nih ya. Wkwk
HapusBali nggak ada habisnya ya. Sebetulnya saya penasaran dengan perang pandan. Tapi kalau membayangkan kulit tangan tergores daun pandan, kok rasanya ngilu banget. Hii... langsung merinding nih.
BalasHapusIya ngilu banget lihatnya kayaknya.
HapusTapi yah namanya tradisi langka dan cuma ada di desa tenganan yah tetep aja pengen didatengin ya.
akkkkk semoga tahun ini bisa ke bali lagiiiii... bantu aamiinkan dong mbak, hihi
BalasHapusAaammmiin, semoga tahun ini bisa ke Bali ya. Semangat, semoga semakin lancar rejekinya.
HapusDuh jadi kengen banget sama bali, dulu ke bali waktu hapenya belum kameraa, entah tahun berapa hahaha
BalasHapusPlease leave a comment and I'll be back to visit your page. Let's make a bingo!